Analisis Gedung Kembar Labtek V
Kali ini saya akan membahas
mengenai salah satu gedung cukup terkenal di lingkungan Institut Teknologi
Bandung. Bangunan ini juga cukup hits sebagai objek foto semua kalangan
mahasiswa karena pemandangannya yang indah dan bentuk gedung yang kembar satu
sama lainnya. Gedung kembar ini bernama Gedung T.P Rahmat dan Benny Subianto
atau biasa mahasiswa menyebutnya dengan gedung kembar labtek V dan labtek VI.
Analisis Material Penyusun Gedung Kembar Labtek V (Benny Subianto)
Berdasarkan pengamatan yang telah saya lakukan dan pencarian bahwa pondasi apa yang telah dipakai oleh gedung ini, saya dapat mengasumsikan bahwa gedung ini memakai pondasi jenis bored pile. Mengapa demikian? Karena berdasarkan penjelasan pondasi ini, kemungkinan besar gedung ini memakai pondasi bored pile cukup besar dibandingkan pondasi lainnya.
Pondasi Bored Pile adalah bentuk
Pondasi Dalam yang dibangun di dalam permukaan tanah dengan kedalaman tertentu.
Pondasi di tempatkan sampai ke dalaman yang dibutuhkan dengan cara membuat
lobang yang dibor dengan alat khusus. Setelah mencapai kedalaman yang
disyaratkan, kemudian dilakukan pemasangan kesing/begisting yang terbuat dari
plat besi, kemudian dimasukkan rangka besi pondasi yang telah dirakit
sebelumnya, lalu dilakukan pengecoran terhadap lobang yang sudah di bor
tersebut. Pekerjaan pondasi ini tentunya dibantu dengan alat khusus, untuk
mengangkat kesing dan rangka besi. Setelah dilakukan pengecoran kesing tersebut
dikeluarkan kembali.
Selain itu, pondasi ini lebih
cocok digunakan untuk bangunan bertingkat empat atau lebih. Pada awalnya saya
mengira bahwa bisa jadi gedung ini memakai pondasi tradisional seperti pondasi
menerus karna umur gedung di itb yang cukup lama. Namun, untuk pondasi menerus
hanya mampu menopang gedung dengan ketinggian 2 lantai.
Selanjutnya
pemilihan material yang baik juga akan menghasilkan bangunan gedung yang kokoh.
Untuk membangun suatu bangunan material yang dibutuhkan proyek gedung meliputi:
1. Pasir agregat kasar
2. Pasir agregat halus
3. Semen
4. Air : gunakanlah air yang bersih dan
tidak mengandung lumpur
5. besi-besi tulangan
Kelima
material tersebut adalah material yang harus dipakai dalam pembuatan gedung.
Tentunya dalam proses pembangunan gedung labtek V ini juga diperlukan material
tersebut supaya bisa terbentuk bangunan yang kokoh dan sesuai yang diinginkan.
Pada labtek
V yang saya amati, beberapa penopang pada dinding tersusun dari batu kali dan
tampak terbuka begitu saja. Namun, untuk dinding pada gedung memakai bahan bata
merah bukan batako. Hal ini karena penggunaan
bata merah sebagai bahan pengisi dinding bangunan sudah umum kita lihat
diberbagai bangunan dari dulu hingga kini. Bahan material ini, hingga sekarang
sepertinya masih menjadi pilihan utama masyarakat kendati sudah banyak penemuan
dalam bidang teknologi bahan seperti bata ringan, batako press, dsb. Cukup bisa
dimaklumi, bata merah masih lebih banyak digunakan dari pada bata ringan atau
batako press, karena selain sudah teruji kekuatannya, mendapatkan jenis
material ini pun tidak susah. Sedangkan untuk balok dan kolom bangunan ini
menggunakan struktur beton bertulang. Untuk atap bangunan di topang oleh baja
ringan yang tersambung kepada kolom dan balok bangunan.
Dari analisis diatas saya
menyimpulkan proporsi material dari gedung T.P. Rahmat ini adalah : 60% beton
bertulang, 25% bata, dan 15% baja ringan
Selanjutnya saya akan membahas
mengenai cara pembuatan dari material yang digunakan dalam proses pembangunan
gedung ini.
Cara membuat
kolom beton bertulang
- Pada tahap perencanaan kita buat gambar desain bangunan untuk menggambarkan bentuk konstruksinya dan menentukan letak kolom struktur.
- Selanjutnya melakukan perhitungan struktur bangunan untuk mendapatkan dimensi kolom dan bahan bangunan yang kuat untuk digunakan namun tetap ekonomis.
- Melakukan pekerjaan pengukuran untuk menentukan posisi kolom bangunan, ini harus pas sesuai dengan gambar rencana. apalagi pada gedung bertingkat tinggi yang angka toleransi kesalahan hanya beriksar 1 cm, jika salah dalam mengukur maka ada resiko keruntuhan gedung.
- Menghitung kebutuhan besi tulangan dan bentuk potongan besi yang perlu dipersiapkan. ini sering disebut sebagai bestek besi.
- Merangkai potongan besi sesuai dengan bentuk kolom yang telah direncanakan.
- Memasang rangkaian besi tulangan pada lokasi kolom yang akan dibuat.
- Membuat bekisting / cetakan. bisa terbuat dari kayu, plat alumunium atau media lain yang mampu menahan saat proses pekerjaan pengecoran beton.
- Memasang bekisting sehingga membungkus besi tulangan.
- Melakukan pengecekan posisi bekisting apakah sudah sesuai dengan ukuran rencana, dan apakah sudah benar-benar tegak.
- Menghitung kebutuhan beton yang dibutuhkan.
- Membuat adukan beton atau memesan beton precast dengan kualitas sesuai hasil perhitungan semula. misalnya mau menggunakan mutu beton K-250, K-300, K-400 dan seterusnya.
- Melakukan pekerjaan pengecoran kolom, penentuan tinggi cor bisa dilakukan dengan berpedoman pada ukuran bekisting atau mengukur sisa cor dari ujung atas bekisting.
Cara
Pembuatan Bata Merah
Dalam pembuatan batu bata ada 3 tahap yaitu sebagai
berikut :
1. Tahap penghalusan :
Tanah merah dimasukan ke dalam wadah yang telah
disediakan, sebelum dimasukan wadah tersebut diisi dengan air,
selanjutnya tanah dimasukan dan diinjak-injak sampai halus.
2. Tahap percetakan :
Tanah Merah yang sudah dihaluskan sehingga
membentuk tanah liat, setelah itu dimasukan kedalam tempat pencetakan (Forong)
yang berukuran panjang 10cm dan Lebar 7cm. Setelah dimasukan kedalam cetakan
dan di padatkan dengan cara menakan dengan menggunakan tangan, rapikan
permukaan corong menggunakan bambu, setelah itu dibagi menjagi tiga bagian
dengan cara dipotong dengan menggunakan benang boflang. Berikut gambar
proses pemasukan tanah liat dan proses perapian permukaan
corong.
Selanjutnya keluarkan dari cetakan ke
tempat yang telah disediakan. Selanjutnya dikeringkan dengan cara menyusun batu
bata yang diberi sedikit jarak agar angin dapat masuk. pada musim panas proses
pengeringan bisa memakan waktu ± 1 sampai 2 bulan, proses pengeringan juga
bergantung dari cuaca. Pengeringan dilakukan dengan cara menyusun bata dengan
diberi cela.
3. Tahap Pembakaran :
Pembakaran batu bata berlangsung di oven
yang terbuat dari batu bata yang direkatkan menggunakan tanah liat itu sendiri.
Pembakaran menggunakan kayu yang keras seperti : kayu mangga, kenari, linggua
dan kayu yang keras lainnya. Proses pembakaran berlangsung selama 2 hari, yaitu
2 siang dan 2 malam. Apabila tinggi tempat pembakaran kurang dari 4 meter
bisa menampung 6000 bata. selanjutnya batu yang telah diuapkan hingga
temperatur suhu naik/tinggi, setelah itu didinginkan dan dikeluarkan melewati pintu
Oven yang berada di samping.
0 komentar: