Praktikum Bahan Bangunan Laut 2

November 22, 2017 A Cintya Nur D 0 Comments


Pada hari Kamis tepatnya tanggal 5 Oktober 2017 kami melakukan praktikum kedua kami. Praktikum ini dilakukan hanya didalam ruangan. Disini pula kami melakuakn kegiatan perhitungan dari semua data yang telah kami peroleh pada praktikum sebelumnya. Kami melakukannya bersama teman satu kelompok untuk menghasilkan besar nilai dari rancangan beton yang akan kami buat (Mix Design). Berikut adalah laporan selama kami melakukan praktikum kedua.

Tujuan
Menentukan campuran beton yang memenuhi persyaratan kelecakan, kekuatan, dan durabilitas berdasarkan data yang telah diperoleh.

Faktor dan langkah perancangan proporsi Campuran Beton (mix design)

Langkah 1: Pemilihan nilai slump

Pada pembuatan beton pemilihan nilai slump adalah hal yang sangat penting hal ini dikarenakaan nilai slump akan menentukan karakteristik beton yang diinginkan. Pemilihan nilai slump pada pembuatan beton disesuaikan dengan kegunaan beton. Tabel pedoman yang menyajikan hubungan antara kegunaan beton dan nilai slump yang diperlukan adalah Tabel 1.
Pada tabel tersebut kita dapat melihat beberapa contoh kegunaan pembuatan beton seperti  dinding penahan dan pondasi, balok dan dinding beton, kolom struktural dan lain-lain. Pada tabel tersebut juga tercntum nilai maksimum dan minimum slump yang harus dipatuhi. Hal ini mennjukkan bahwa nilai slump pada saat pembuatan beton tidk boleh kurang atau melebihi angka-angka batas tersebut.
Tabel 1. Ukuran Slum Sesuai Jenis Konstruksi

Jenis Konstruksi
Slump (mm)
Maksimum
Minimum
Dinding pondasi, footing, dinding basemen
75
25
Dinding dan balok
100
25
Kolom
100
25
Perkerasan dan lantai
75
25
Beton dalam jumlah besar (dam)
50
25

Langkah 2: Pemilihan ukuran maksimum agregat kasar

Tahapan selanjutnya adalh pemilihan ukuran maksimum agregat kasar. Penentuan ini tidak kalah penting karena bertujuan untuk menentukan ukuran agregat kasar agar beton tidak mengalami segregasi pada saat pembuatannya. Selain itu, hal ini juga berguna agar agregat bisa bergerak pada saat penuangan beton hasil campuran ke bekisting sehingga agregate tidak menumpuk di satu bagian. Dasar pemilihan ukuran maksimum agregat biasanya dikaitkan dengan dimensi struktur. Ukuran maksimum agregat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1.    1/5 jarak terkecil antara 2 tepi bekisting
2.    1/3 tebal pelat
3.    3/4 jarak bersih selimut beton
4.    2/3 jarak bersih antar tulang

Langkah 3: Estimasi kebutuhan air pencampur dan kandungan udara
Air adalah salah satu unsur yang pentng dalam pembuatan beton karea semen tidk akan bereaksi jika tidak dicampur dengan air. Namun, air tidak boleh terlalu banyak di masukkan kedalam campuran beton karena dapat menyebabkan bleeding (pemisahan air dengan campuran beton pada saat dicetak). Untuk itu, jumlah air yang dibutuhkan juga perlu kita estimasi agar kondisi campuran beton maksimum dan nilia slump terpenuhi. Jumlah air yang dibutuhkan dapat kita estimasi dengan menggunakan Tabel 2.
Pada tabel tersebut diperlihatkan bahwa ada dua proses pembuatan beton yaitu dengan penambahan udara dan tanpa penambahan udara. Proses yang biasa dilakukan adalah proses tanpa penambahan udara sedangkan proses dengan penambahan udara hanya dilakukan di Negara dengan 4 musim. Selain itu, jumlah air yang dibutuhkan juga bergantung kepada nilai slump dan ukuran agregat maksimum yang digunakan.

Tabel 2. Kebutuhan air pencampuran dan udara untuk berbagai nilai slump dan ukuran maksimum agregat
Jenis Beton
Slump (mm)
Air (kg/m3)
10 mm
12,5 mm
20 mm
25 mm
40 mm
50 mm
75 mm
Tanpa penambahan udara
25 – 50
205
200
185
180
160
155
140
75 - 100
225
215
200
190
175
170
155
150 - 175
240
230
210
200
185
175
170
Udara yang tersekap (%)
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0,3
Dengan penambahan udara
25 - 100
180
175
165
160
150
140
135
75 - 100
200
190
180
175
160
155
150
150 - 175
215
205
190
180
170
165
160
Udara yang disarankan (%)
8
7
6
5
4,5
4
3,5

Langkah 4: Pemilihan nilai perbandingan air semen

Hubungin rasio air semen dan kuat tekan beton sangat berpengaruh pada proses pencampuran beton. Biasanya pada kondisi lapangan perbandingan air dan semen sangat berpengaruh untuk mengetahui kondisi baik dan buruknya beton yang akan dibuat.

Tabel 3. Hubungan rasio air – semen dan kuat tekan beton
Kuat tekan beton umur 28 hari (MPa)
Rasio Air Semen
Tanpa Penambahan Udara
Dengan Penambahan Udara
48
0,33
-
40
0,41
0,32
35
0,48
0,40
28
0,57
0,48
20
0,68
0,59
14
0,82
0,74
Harga rasio air semen tersebut biasanya dibatasi oleh harga maksimum yang diperbolehkan untuk kondisi exposure (lingkungan) tertentu.


Dalam menentukan nilai kuat tekan beton digunakan nilai kuat tekan beton rata – rata yang dibutuhkan, yaitu menggunakan rumus beriku:
fm = fc’ + 1,34 sd
fm = nilai kuat tekan beton rata-rata
fc’ = nilai kuat tekan karakteristik
sd = standar deviasi

Terdapat dua hal yang perlu diperhatikan dalam memnentukan standar devasi untuk menghitung kuat tekan beton rata-rata pada umur 28 hari. Kami perlu memperhatikan pengerjaan beton dan tempat beton dikerjakan. Untuk kondisi pengerjaan beton terdapat kondisi sempurna, sangat baik, baik, cukup baik, dan kurang baik. Sedangkan untuk tempat pengerjaan beton terdapat ketentuan bila beton dikerjakan di laboratorium atau dilapangan. Untuk lebih lengkapnya tabel penentuan standar deviasi disajikan dalam Tabel 3.

Setelah ditemukan kuat beton rata-rata pada umur 28 hari, Fc tersebut digunakan untuk menentukan perbandingan air dan semen. Penentuan perbandingan air dan semen tersebut selain dipengaruhi oleh kuat beton rata-rata juga dipengaruhi oleh jenis proses pembuatan beton. Untuk menentukan perbandingan air dan semen dapat melihat Tabel 4.

Tabel 4.  Klasifikasi standar deviasi untuk berbagai kondisi pengerjaan
Kondisi Pengerjaan
Standar Deviasi (MPa)
Lapangan
Laboratorium
Sempurna
< 3
< 1,5
Sangat baik
3 – 3,5
1,5 – 1,75
Baik
3,5 – 4
1,75 – 2
Cukup
4 - 5
2 – 2,5
Kurang baik
> 5
> 2,5

Langkah 5: Perhitungan kandungan semen

Dalam perhitungan sebelumnya telah didapatkan berat air yang dibutuhkan dan perbandingan air dan semen. Tahap selanjutnya adalah menghitung berat semen yang dibutuhkan. Untuk menghitug jumlah semen yang dibutuhkan digunakan rumus:

Jumlah semen yang dibutuhkan = jumlah air / (w/c ratio)

Langkah 6: Estimasi kandungan agregat kasar

Langkah selanjutnya adalah menentukan jumlah agregate kasar yang dibutuhkan. Untuk menentukan agregate kasar dapat digunakan Tabel 5. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa untuk menentukan volume agregate maksimum dipengaruhi oleh dua parameter. Kedua parameter tersebut adalah modulus kehalusan dari agregate halus dan ukuran agregate kasar maksimum yang digunakan.
Hasil yang didapat pada perhitungan diatas adalah hasil untuk nilai slump 75-100 mm. jika perencanaan nilai slump diluar nilai tersebut maka harus dikalikan faktor koreksi yang dapat ditentukan dengan menggunakan Tabel 6 Pada tabel tersebut faktor koreksi hanya bergantung kepada nilai slump. Untuk menhitung massa agregat kasar digunakan rumus:

Massa Agregat kasar = Volume agregat kasar x faktor koreksi X massa jenis

Tabel 5. Volume agregat kasar per satuan volume beton untuk beton slump 75-100 mm
Ukuran maksimum agregat kasar (mm)
Volume agregat kasar per satuan volume beton untuk berbagai nilai modulus kehalusan pasir
2,40
2,60
2,80
3,00
10
0,50
0,48
0,46
0,44
12,5
0,59
0,57
0,55
0,53
20
0,66
0,64
0,62
0,60
25
0,71
0,69
0,67
0,65
40
0,75
0,73
0,71
0,69
50
0,78
0,76
0,74
0,72
75
0,82
0,80
0,78
0,76
150
0,87
0,85
0,83
0,81

Tabel 6. Faktor koreksi untuk nilai slump yang berbeda
Slump (mm)
Faktor koreksi untuk berbagai ukuran maksimum agregat
10 mm
12,5 mm
20 mm
25 mm
40 mm
25 – 50
1,08
1,06
1,04
1,06
1,09
75 – 100
1,00
1,00
1,00
1,00
1,00
150 - 175
0,97
0,98
1,00
1,00
1,00

Berat agregat kasar = massa AK / volume AK x Faktor koreksi

Langkah 7: Estimasi kandungan agregat halus

Sebelum dapat menentukan jumlah agregate halus yang dibutuhkan terlebih dahulu kita harus menentukan massa jenis beton yang akan kita buat dengan Tabel 4.7. dalam tabel ini diperlihatkan bahwa estimasi massa jenis beton yang akan kita buat dipengaruhi oleh ukuran agregate maksimum dan jenis proses pembuatan beton.
            Setelah estimasi massa jenis beton yang dibuat ditentukan, dilakukan perhitungan estimasi agregat halus yang dibutuhkan dengan rumus :

Volume agg. halus = 1- vol. udara - vol. air - vol. agg. kasar - vol. semen
Massa aggregat halus = volume agregat halus x specific gravity kondisi SSD 

Jumlah pasir yang dibutuhkan dapat dihitung dengan 2 cara, yaitu:
  • Cara perhitungan berat (weight method)
  • Cara perhitungan volume absolut (absolut volume methode)


 Berikut adalah tabel dari estimasi awal untuk mengetahui berat jenis dari beton segar:

Tabel 7. Estimasi awal untuk berat jenis beton segar
Ukuran maksimum agregat (mm)
Estimasi awal berat jenis beton (kg/m3)
Tanpa penambahan udara
Dengan penambahan udara
10
2285
2190
12,5
2315
2235
20
2355
2280
25
2375
2315
40
2420
2335
50
2445
2375
75
2465
2400
150
2502
2435

Berat agregat halus = berat beton segar-berat agregat kasar-air-semen

Langkah 8: Koreksi kandungan air pada agregat

Semua perhitugan diatas menggunakan asumsi bahwa agregat kasar maupun halus yang digunakan dalam keadaan SSD (saturated surface dry). Namun, tidak semua agregate dalam keadaan tersebut sehingga harus dilakukan koreksi terhadap jumlah kandungan air yang ada didalam agregat. Koreksi dilakukan dengan menggunakan rumus :

Massa koreksi agg. halus = massa agg. halus * (1+ faktor koreksi)
Massa koreksi agg. kasar = massa agg. kasar * (1+ faktor koreksi)
Massa koreksi air = massa jenis beton segar - massa semen - massa air - massa agregat

Tanpa adanya koreksi kadar air, harga rasio air semen yang diperoleh bisa berbeda dari yang seharusnya. karena perhitungan sebelumnya dalam kondisi saturated maka, kandungan air pada agregat harus dikoreksi

Berat AK = Berat AK x (1+%koreksi daya serap air)
Berat AH = Berat AH x (1+%koreksi daya serap air)

Langkah 9: Pengolahan data

Koreksi berat air = Berat beton segar - berat AK koreksi - berat AH koreksi- semen

Kemudian simpulkan jumlah dari tiap tiap bahan yang diperlukan untuk membuat campran beton berdasarkans semua data yang telah kami hitung. Data tersebut kami gambarkan melalui tabel dibawah ini:

Tabel 8. Perhitungan dan Pengolahan Data
No
Parameter
Nilai/Satuan
Penetapan Variabel Perencanaan
1
Kategori Jenis Struktur
= k225
2
Slump rencana
= 75- 100 cm
3
Rencana Kuat tekan beton
= 229,8 kg/cm2
4
Modulus kehalusan agregat halus [pasir]
= 3,3
5
Ukuran maksimum agregat kasar
= 2 cm
6
Berat jenis agregat halus [pasir] - SSD
= 2,4631
7
Berat jenis agregat kasar [kerikil] - SSD
= 2,53405
8
Berat volume/isi agregat kasar
= 14685,5 kg/m3
Perhitungan Komposisi Unsur Beton
9
Rencana air adukan beton : W
= 200 kg
10
Prosentase udara terperangkap
= 2 %
11
Perbandingan W/C
= 0,584
12
Perbandingan W/C maksimum
= -
13
Berat Semen yang diperlukan :[9]/[11]
= 342,5 kg
14
Volume agregat kasar perlu bagi 1 m3 beton
= 60 %
15
Berat agregat kasar [kerikil] perlu : [14] x [8]
= 881,1 kg/m3 beton
16
Volume semen : 0,001 x [13]/ 3,15
= 0,109 m3
17
Volume air : 0,001 x [9]
= 0,2 m3
18
Volume agregat kasar [kerikil] : 0,001 x [15] / [6]
= 0,358 m3
19
Volume udara [10]
= 0,02 m3
20
Volume perlu agregat halus/m3[pasir]:1m3-[(16)+(17)+(18)+(19)]m3
= 0,313 m3
Komposisi Berat Unsur Adukan/m3 Beton
21
Semen : [13]
= 342, 5 kg
22
Air : [9]
= 200 kg
23
Agregat kasar kondisi SSD : [15]
= 881,1 kg
24
Agregat halus kondisi SSD : [20] x [7] x 1000
= 793, 158 kg
25
Faktor semen [ 1 zak = 50 kg] : [21]/50
= 6,85 zak/m3beton
Komposisi Jumlah Air dan Berat Unsur untuk Perencanaan Lapangan
26
Kadar air agregat kasar [kerikil] : mk
= 5,212 %
27
Absorpsi agregat kasar [kerikil] kondisi SSD : ak
= 5,3591 %
28
Kadar air agregat halus [pasir] : mh
= 5,055 %
29
Absorpsi agregat halus [pasir] kondisi SSD : ah
= 9,965 %
30
Tambahan air adukan dari agregat kasar : [23] x ([ak-mk]/[1+mk])
= 1,23 kg
31
Tambahan agregat kasar untuk kondisi lapangan : [30]/1000x[6]x1000
= 3,029 kg
32
Tambahan air adukan dari agregat halus : [24] x ([ah-mh]/[1+mh])
= 37 kg
33
Tambahan agregat halus untuk kondisi lapangan : [32]/1000x[7]x1000
= 93,76 kg
Komposisi Campuran Beton Kondisi Lapangan/m3
34
Semen : [13]
= 342,5 kg
35
Air : [22]+[30]+[32]
= 238,23 kg
36
Agregat kasar kondisi lapangan : [23] + [31]
= 884,129 kg
37
Agregat halus kondisi lapangan : [24] + [33]
= 886,918 kg
Komposisi Unsur Campuran Beton/Kapasitas Mesin Molen : 0,03 M
38
Semen
= 13,649152 kg
39
Air
= 9,5900695 kg
40
Agregat kasar kondisi lapangan
= 36,204982 kg
41
Agregat halus kondisi lapangan
= 35,1645822 kg
Data- Data Setelah Pengadukan / Pelaksanaan
42
Sisa air campuran (jika ada)
=     kg
43
Penambahan air selama pengadukan (jika ada)
=     kg
44
Jumlah air sesungguhnya yang digunakan
=     kg
45
Nilai slump hasil pengukuran
= 10 cm
46
Berat isi beton basah waktu pelaksanaan
=     kg


0 komentar: