Praktikum Bahan Bangunan Laut 1

November 15, 2017 A Cintya Nur D 0 Comments


Pada hari Kamis tepatnya tanggal 28 September 2017 kami melakukan praktikum mata kuliah bahan bangunan laut. Ini adalah pertama kalinya kami melakukan praktikum pada semester ini. Kami melakukan praktikum di gedung Cibe Lt. Basement 2 – Basement 1. Pada praktikum kali ini kami akan melakukan percobaan 6 modul yang akan di kerjakan secara bergantian. Hasil dari semua percobaan ini akan kami gunakan pada pembuatan beton nantinya. Berikut merupakan uraian judul dari tiap modul yang kami praktikan:
  1. Berat volume agregat
  2. Analisis saringan agregat
  3. Kadar zat organik pada agregat
  4. Kadar lumpur pada Agregat
  5. Kadar air agregat
  6. Berat jenis dan penyerapan agregat

1         Pemeriksaan Berat Volume Agregat

Tujuan Percobaan
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan berat volume agregat halus, kasar atau campuran.

Alat dan Bahan
Alat
a)      Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh
b)      Talam kapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
c)       Tongkat pemadat diameter 15 mm, panjang 60 cm yang ujungnya bulat, terbuat dari baja tahan karat
d)      Mistar perata
e)      Sekop
f)       Wadah baja yang cukup kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang berkapasitas berikut :

1.       Tabel Spesifikasi Wadah Baja yang Digunakan dalam Praktikum
Kapasitas
Diameter
Tinggi
Tebal Wadah Minimum (mm)
Ukuran Maksimum Agregat (mm)
Dasar
Sisi
2,832
152,4 ± 2,5
152,4 ± 2,5
5,08
2,54
12,70
9,345
203,2 ± 2,5
292,1 ± 2,5
5,08
2,54
25,40
14,158
254,0 ± 2,5
279,4 ± 2,5
5,08
3,00
38,10
28,316
355,6 ± 2,5
284,4 ± 2,5
5,08
3,00
101,60




Benda Uji
Bahan yang digunakan adalah agregat kasar dan agregat halus dalam kondisi kering


Prosedur Pemeriksaan
Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah sesuai dengan tabel 3.1. Keringkan dengan oven pada suhu (110 ± 5)oC sampai berat menjadi tetap untuk digunakan sebagai benda uji.

1.        Berat Isi Lepas
a)      Timbang dan catatlah berat wadah (W1).
b) Masukkan benda uji dengan hati-hati agar tidak terjadi pemisahan dengan menggunakan sendok atau sekop sampai penuh.
c)       Ratakan permukaan benda uji dengan menggunakan mistar perata.
d)      Timbang dan catatlah berat wadah beserta benda uji (W2).
e)      Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 – W1).
2.       Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38,1 mm (1,5”) dengan cara penusukan
a)      Timbang dan catat berat wadah (W1).
b)      Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapisdipadatkan dengan tongkat pemadat yang ditusukkan sebanyak 25 kali secara merata.
c)       Ratakan permukaan dengan menggunakan mistar perata.
d)      Timbang dan catatlah berat benda wadah beserta benda uji (W2)
e)      Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 - W1).
3.       Berat isi agregat ukuran butir maksimum 38,1 mm (1,5”) dengan cara penggoyangan
a)      Timbang dan catat berat wadah (W1).
b)      Isilah wadah dengan benda uji dalam tiga lapis yang sama tebal.
c)       Padatkan setiap lapis dengan cara menggoyang-goyangkan wadah dengan prosedur sebagai berikut:
·          Letakkan wadah di atas tempat yang kokoh dan datar, angkatlah salah satu sisinya kira-kira setinggi 5 cm kemudian lepaskan
·          Ulangi hal ini pada sisi yang berlawanan. Padatkan lapisan sebanyak 25 kali untuk setiap sisi
d)      Ratakan permukaan dengan menggunakan mistar perata.
e)      Timbang dan catatlah berat benda wadah beserta benda uji (W2)
f)       Hitunglah berat benda uji (W3 = W2 - W1).


Hasil Percobaan
Berat isi agregat = W3 / V  (kg/m3)  ;  V = isi wadah (m3)

2.       Tabel Hasil Pemeriksaan Berat Volume Agregat Halus
Observasi I
Padat
Gembur
A.      Volume  wadah
1,89 liter
1,89 liter
B.      Berat wadah
0,608 kg
0,608 kg
C.       Berat wadah + benda uji
3,818 kg
3,735 kg
D.      Berat benda uji (C-B)
3,210 kg
3,127 kg

Berat volume :    

1,6984 kg/l

1,6545 kg/l
Observasi II
Padat
Gembur
A.       Volume  wadah
1,89 liter
1,89 liter
B.      Berat wadah
0,553 kg
0,553 kg
C.      Berat wadah + benda uji
3,932 kg
3,683 kg
D.      Berat benda uji (C-B)
3,379 kg
3,130 kg

Berat volume :    

1,7878 kg/l

1,6561 kg/l
Berat volume rata – rata :


1,7431 kg/l

1,6553 kg/l






















3.       Tabel Hasil Pemeriksaan Berat Volume Agregat Kasar
Observasi I
Padat
Gembur
A.      Volume  wadah
2,781 liter
2,781 liter
B.      Berat wadah
2,674 kg
2,674 kg
C.      Berat wadah + benda uji
6,573 kg
6,187 kg
D.      Berat benda uji (C-B)
3,899 kg
3,513 kg

Berat volume :    

1,402 kg/l

1,2632 kg/l
Observasi II
Padat
Gembur
A.      Volume  wadah
  2,781 liter
2,781 liter
B.      Berat wadah
2,533 kg
2,533 kg
C.      Berat wadah + benda uji
6,777 kg
6,257 kg
D.      Berat benda uji (C-B)
4,244 kg
3,724 kg

Berat volume :    

1,526 kg/l

1,339 kg/l
Berat volume rata – rata :



1,464 kg/l


1,3011 kg/l






















Analisis
Pada percobaan tersebut, didapatkan berat volume agregat kasar pada kondisi gembur adalah 1,3011 Kg/L. Sedangkan, berat volume agregat kasar pada kondisi padat adalah 1,464 Kg/L. selain itu, didapatkan berat volume agregat halus pada kondisi gembur adalah 1,6553 Kg/L. Sedangkan, berat volume agregat halus pada kondisi padat adalah 1,743 Kg/L.a
Dari data percobaan diatas didapatkan bahwa berat volume padat baik pada agregat kasar maupun agregat halus lebih berat daripada berat volume gembur. Hal ini terjadi karena perlakuan yang berbeda pada kedua percobaan tersebut yaitu dipadatkan dan tidak dipadatkan. Pada saat agregat dipadatkan maka rongga udara di sela-sela terisi sehingga rongga udara pada kondisi padat lebih sedikit daripada saat kondisi gembur.



2         Analisis Saringan Agregat
Agregat Kasar

Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat kasar. Data perencanaan distribusi pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton. Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat halus dan agregat kasar. Alat yang digunakan adalah seperangkat saringan dengan ukuran jaring – jaring tertentu.
Alat dan Bahan
Alat
a)Saringan no. 16 dan 200
b)Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ± 5)°C
c)Timbangan dengan ketelitian 0,1% berat contoh
d)Talam berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
e)Sekop
f)Wadah pencuci benda uji dengan kapasitas yang cukup besar sehingga pada waktu diguncang
   – guncangkan benda uji/air tidak tumpah.

Bahan
Berat minimum contoh agregat tergantung pada ukuran maksimum dengan batasan sebagai berikut
· 2.36 mm (No.8) = 100 gram
· 4.75 mm (No.4) = 500 gram
· 9.6 mm (3/8”) = 2000 gram
· 19.00 mm (3/4”) = 2500 gram
· 38.00 mm (1.5”) = 5000 gram
Berdasarkan batasan bahwa diameter maksimum agregat halus adalah yang lolos saringan no.4,
maka berat minimum contoh agregat adalah 500 gram.

Prosedur Percobaan
· Contoh agregat kasar dituangkan ke dalam susunan saringan (susunan saringan dimulai dari
  yang diameter paling besar ke diameter paling kecil.
· Susunan saringan paling atas ditutup, kemudian diguncangkan sehingga yang tersisa di dasar
  adalah agregat dengan ukuran yang sesuai. 
   
 Tabel Analisis Saringan Agregat Kasar

Ukuran Saringan (mm)
Berat Tertahan (gr)
Persentase Tertahan
(%)
Persentase Tertahan Kumulatif
(%)
Persentase Lolos Kumulatif
(%)
SPEC ASTM C33-90
25
0
0
0
100
100
19
98
3.2667
3.2667
96.7333
90-100
9.5
2338
77.9333
81.2
18.8
20-55
4.75
563
18.4323
99.6333
0.3667
0-10
2.38
7
0.23833
99.8633
0.1334
0-5
PAN
4
0.13340
100
0

Analisis Data
Analisis saringan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah agregat kasaryang ada layak atau tidak untuk digunakan. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukandidapatkan hasil persebaran benda uji agregat kasar selalu berada diantara batas atas dan batas bawah sehingga dapat disimpulkan bahwa agregat kasar yang ada layak untuk digunakan.


Agregat Halus

Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi) agregat halus. Data perencanaan distribusi pada agregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton. Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada agregat halus dan agregat kasar. Alat yang digunakan adalah seperangkat saringan dengan ukuran jaring – jaring tertentu.

Alat dan Bahan
Alat
a)      Timbangan dan neraca ketelitian 0,2% dari berat benda uji.
b)      Seperangkat saringan dengan ukuran:

Tabel Spesifikasi Saringan Agregat Halus
Nomor Saringan
Ukuran Lubang
Keterangan
Mm
Inci
-
9,5
3/8
Perangkat saringan untuk agregat halus

Berat minimum contoh:
500 gr
No. 4
4,75
-
No. 6
2,36
-
No. 16
1,18
-
No. 30
0,60
-
No. 50
0,003
-
No. 100
0,150
-
No. 200
0,075
-

c)       Oven yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ± 5)°C
d)      Alat pemisah contoh (sample spliter)
e)      Mesin penggetar saringan
f)           Talam-talam
g)      Kuas, sikat kawat, sendok, dan alat-alat lainnya

Bahan
Benda uji diperoleh dari alat pemisah contoh atau dengan cara penempatan. Berat dari contoh disesuaikan dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan pada tabel perangkat saringan.

Prosedur Pemeriksaan
·         Benda uji dikeringkan di dalam oven dengan suhu (110 ± 5)° C sampai beratnya konstan
·         Benda uji dicurahkan pada perangkat saringan, susunan saringan dimulai dari saringan paling
besar di atas. Perangkat saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama
15 menit.
Tabel Analisis Saringan Agregat Halus

Ukuran Saringan (mm)
Berat Tertahan (gram)
Persentase Tertahan
(%)
Persentase Tertahan Kumulatif
(%)
Persentase Lolos Kumulatif
(%)
SPEC ASTM C33-90
9.5
3
0.60
0.6
99.4
100
4.75
20
4.00
4.6
95.4
95-100
2.36
100
20.00
24.6
75.4
80-100
1.18
104
20.50
45.6
54.6
50-85
0.6
76
15.20
60.6
39.4
25-60
0.3
42
8.40
69.0
31
10-30
0.15
67
13.40
82.4
17.6
2-10
0.075
71
14.20
96.6
3.4
PAN
17
3.40
100.0
0
Modulus Kehalusan: 3.838
Modulus kehalusan =  3.838 

Analisis Data
Analisis saringan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah agregat halus yang ada layak atau tidak untuk digunakan. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukandidapatkan hasil bahwa pada persebaran 1 sebagian besar agregat halus berada diantara batas atas dan batas bawah sehingga secara keseluruhan agregat halus layak untuk digunakan. Namun, Pada persebaran 2 ada lebih banyak agregat yang tidak berada diantara batas atas dan batas bawah sehingga kurang layak untuk digunakan.
Kondisi tidak ideal ini dapat terjadi karena ada banyak kemungkinan error yang terjadi terutama saat teknis menyaring (mengguncang) yang kurang intens dan merata, kemudian karena ada agregat yang seharusnya lolos, tetapi menjadi tidak lolos karena tertutup dengan agregat halus yang lainnya. Untuk mendapatkan kondisi ideal, yang harus dilakukan adalah pada pengguncangan atau penyaringan, yaitu kegiatan penyaringan harus dilakukan dengan merata dan dengan tepat.

3         Pemeriksaan Zat Organik dalam Agregat Halus
Tujuan Percobaan
Pemeriksaan zat organik pada agregat halus dimaksudkan untuk menentukan adanya bahan organik dalam agregat halus yang akan digunakan pada campuran beton. Kandungan bahan organik yang melebihi batas dapat mempengaruhi mutu beton yang direncanakan.

Alat dan Bahan
Alat
a)      Botol gelas tidak berwarna dengan volume sekitar 350 mL yang mempunyai tutup Dari karet gabus atau lainnya yang tidak larut dalam NaOH
b)      Standard warna (Organik plate)
c)       Larutan NaOH 3%

Bahan
Contoh pasir dengan volume 115 mL (1/3 volume botol)

Prosedur Percobaan
·         115 mL pasir dimasukkan ke dalam botol tembus pandang (kurang lebih 1/3 isi botol)
·         Larutan NaOH 3% ditambahkan. Setelah dikocok, isinya harus mencapai kira-kira ¾ volume
Botol
·         Botol tersebut ditutup dan dikocok hingga lumpur yang menempel pada agregat Nampak   
terpisah dan dibiarkan selama 24 jam agar lumpu tersebut mengendap
·         Setelah 24 jam, warna cairan yang terlihat dibandingkan dengan standar warna no.3   pada
organic plate (apakah lebih tua atau lebih muda)

Laporan Hasil Pengamatan
Warna air di atas pasir yang terdapat di dalam botol berubah menjadi Berwarna Putih keruh. jika dibandingkan dengan organic plate maka sesuai dengan warna No. 2 padaorganic plate.

Analisis Data
Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh hasil percobaan berupa warna larutan yangputih keruh (No. 2). Warna larutan yang tidak menunjukkan warna hitam mengindikasikan bahwa pasir memiliki kandungan bahan organik dalam batas wajar. Secara Kuantitatif batas wajar yang diperbolehkan adalah warna No. 3 pada organic plate.Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa agregat mengandug zat organik dalam batas wajar sehingga agregat layak digunakan untuk mix design.


4         Pemeriksaan Kadar Lumpur dalam Agregat Halus

Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan besarnya persentase kadar lumpur dalam agregat halus yang digunakan sebagai campuran beton. Kandungan lumpur < 5% merupakan ketentuan bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton dengan kualitas yang baik.

Alat dan Bahan
Alat
a)      Gelas ukur
b)      Alat pengaduk

Bahan
Contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan bahan pelarut biasa.

Prosedur Pemeriksaan
·         Contoh benda uji dimasukkan kedalam gelas ukurTambahkan air pada gelas ukur guna
melarutkan Lumpur
·         Gelas ukur dikocok untuk mencuci agregat halus dari lumpur
·         Simpan gelas pada tempat yang datar dan dibiarkan lumpur mengendap setelah 24 jam
·         Ukur tinggi lumpur (V2) dan tinggi pasir (V1)

 Perhitungan
Tinggi total      : 188 mm
Tinggi lumpur : 6  mm

Analisis Data
Berdasarkan hasil percobaan kadar lumpur dalam agregat halus adalah 3.19%. Artinya agregat ini baik bagi mix design beton. Karena syarat untuk dapat menghasilkan beton yang baik adalah kadar lumpur <5%.


5         Pemeriksaan Kadar Air Agregat
Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat agregat dalam kondisi kering terhadap berat semula yang dinyatakan dalam persen. Nilai kadar air ini digunakan untuk koreksi tahan air untuk adukan beton yang disesuaikan dengan kondisi agregat di lapangan.

Alat dan Bahan
Alat
a)      Timbangan dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh.
b)      Oven yang bersuhu sampai (110+-5)oC
c)       Talam logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan benda uji.

Bahan
Berat minimum contoh agregat dengan diameter maksimum 5 mm adalah 0,5 kg

Prosedur Percobaan
·         Talam ditimbang dan dicatat beratnya (W1)
·         Benda uji dimasukkan ke dalam talam, kemudian berat talam ditambah benda uji ditimbang.
Berat dicatat sebagai W2.
·         Berat benda uji dihitung dengan persamaan W3=W2-W1
·         Contoh benda uji dikeringkan bersama talam dalam oven pada suhu (110 ± 5)oC hingga beratnya tetap
·         Setelah kering contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4)
·         Berat benda uji kering dihitung dengan persamaan W5=W4­­- W1

 Tabel  Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus


Observasi I
A. Berat wadah
  266 gram
B. Berat wadah + benda uji
1857 gram
C. Berat benda uji (B-A)
1591 gram
D. Berat benda uji kering
1574 gram

Kadar air :    

1,08 % [KA1]
Observasi II
A. Berat wadah
110 gram
B. Berat wadah + benda uji
1501 gram
C. Berat benda uji (B-A)
1391 gram
D. Berat benda uji kering
1358 gram

Kadar air :    

2,43 % [KA2]
Kadar air rata – rata
1,755 %

Tabel  Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar

Observasi I
A. Berat wadah
  266 gram
B. Berat wadah + benda uji
1828 gram
C. Berat benda uji (B-A)
1562 gram
D. Berat benda uji kering
1498 gram

Kadar air :    

4,2724 % [KA1]
Observasi II
A. Berat wadah
192 gram
B. Berat wadah + benda uji
1929 gram
C. Berat benda uji (B-A)
1737 gram
D. Berat benda uji kering
1605 gram

Kadar air :    

8,224 % [KA2]
Kadar air rata – rata
6,2482 %



                Analisis Data
Dari percobaan ini, didapatkan bahwa kadar air pada agregat kasar sebesar 6,2482 %. Selain itu, didapatkan pula  kadar air pada agregat halus sebesar 1,755 %. Dari data tersebut didapatkan bahwa kadar air agregat kasar lebih besar dari pada kadar air agregat haus. Hal ini disebabkan oleh pori-pori agregat kasar cenderung lebih besar daripada pori-pori pada agregat halus.
Selain itu, hal ini juga bisa disebabkan oleh kadar air awal agregat. Pada saat diambil, agregat terletak pada tempat yang terpapar sinar matahari secara langsung. Hal ini, memungkinkan terjadinya pengeringan. Karena perbedaan luas permukaan agregat kasar dan halus sehingga terjadi perbedaan laju penguapan dimana penguapan agregat halus lebih besar. Karena hal tersebut, kadar air awal agregat halus sudah lebih kecil daripada kadar agregat kasar. 



6         Analisis Specific Gravity dan Penyerapan
Agregat Halus
Tujuan Percobaan
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan bulk and apparent Specific Gravity dan penyerapan (absorpsi) agregat halus menurut prosedur ASTM C128. Nilai ini diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi volume agregat dalam campuran beton.
Alat dan Bahan
Alat
a)      Timbangan dengan ketelitian 0,5 gram dengan kapasitas minimum sebesar 1000 gram
b)      Piknometer dengan kapasitas 500 gram
c)       Cetakan kerucut pasir
d)      Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir


Bahan
Berat contoh agregat halus disiapkan sebanyak 500 gram. Contoh diperoleh dari bahan yang diproses melalui alat pemisah atau cara perempatan.

Prosedur Percobaan
·         Agregat halus yang jenuh air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan indikasi contoh tercurah dengan baik.
·         Sebagian dari contoh dimasukkan ke dalam cetakan kerucut pasir (metal sand cone mold). Benda uji lalu dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper) dengan jumlah tumbukan sebanyak 25 kali setiap satu dari tiga bagian yang terisi. Kondisi SSD diperoleh ketika butir-butir pasir longsor/runtuh ketika cetakan tersebut diangkat.
·         Contoh agregat halus sebesar 500 gram dimasukkan ke dalam piknometer. Kemudian piknometer diisi dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung-gelembung udara dengan cara menggoyang- goyangkan piknometer. Rendamlah piknometer dengan suhu air 73,43o F selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi contoh dengan air.
·         Pisahkan benda uji dari piknometer dan keringkan pada suhu 213,13o F. Langkah ini harus diselesaikan dalam waktu 24 jam.
·         Timbanglah berat piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi pada temperatur 73,43o F dengan ketelitian 0,1 gram.
Perhitungan
Apparent Specific-Gravity                               = E / (E + D - C)
Bulk Specific-Gravity Kondisi Kering             = E / (B + D - C)
Bulk Specific-Gravity Kondisi SSD                = B / (B + D - C)
Persentase Absorpsi                                        = ( B – E ) / E x 100%
Keterangan:
A = Berat piknometer
B = Berat contoh kondisi SSD
C = Berat piknometer + contoh + air
D = Berat piknometer + air
E = Berat contoh kering

Tabel Penentuan Specific Gravity Agregat Halus
Observasi I
A.    Berat Piknometer
  154 gram
B.    Berat contoh kondisi SSD
500 gram
C.    Berat piknometer + air + contoh SSD
958 gram
D.    Berat piknometer + air
652 gram
E.     Berat contoh kering
495 gram

Apparent Spesific Gravity :    

2.6191

Bulk Spesific Gravity (Kering) :    

2.5515

Bulk Spesific Gravity (SSD) :    

2.57732

Persentase Absorpsi Air :    

1.0101 %
Observasi II
A.    Berat Piknometer
154 gram
B.    Berat contoh kondisi SSD
500 gram
C.    Berat piknometer + air + contoh SSD
958 gram
D.    Berat piknometer + air
652 gram
E.     Berat contoh kering
495 gram

Apparent Spesific Gravity :    

2.6191

Bulk Spesific Gravity (Kering) :    

2.5515

Bulk Spesific Gravity (SSD) :    

2.57732

Persentase Absorpsi Air :    

1.0101 %
Rata – Rata
Apparent Specific Gravity
2.6191
Bulk Specific Gravity (kering)
2.5515
Bulk Specific Gravity (SSD)
2.57732
Persentase Absorpsi Air
1.101     

Analisis Data
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan apparent specific gravity, bulk specific gravity kering, bulk specific gravity pada saat SSD, dan presentase absorpsi air agregat halus berturut-turut adalah 2,6191%, 2,5515%,  2,57732%, 1,101%. Data-data tersebutakan digunakan untuk menghitung koreksi berat agregat halus dan air pada mix design. Berat agregat halus harus dikoreksi karena diasumsikan semua agregat halus dalam kondisi SSD namun pada kenyataannya tidak demikian.






Agregat Kasar



Tabel Penentuan Specific Gravity Agregat Kasar
Observasi I
A.    Berat SSD
  3000 gram
B.    Berat contoh dalam air
1888,5 gram
C.    Berat contoh kering di udara
2925 gram

Apparent Spesific Gravity :    

2.8219

Bulk Spesific Gravity (Kering) :    

2.6316

Bulk Spesific Gravity (SSD) :    

2.6991

Persentase Absorpsi Air :    

2.5641 %
Observasi II
A.    Berat SSD
3000 gram
B.    Berat contoh dalam air
1904 gram
C.    Berat contoh kering di udara
2945 gram

Apparent Spesific Gravity :    

2.829

Bulk Spesific Gravity (Kering) :    

2.687

Bulk Spesific Gravity (SSD) :    

2.7372

Persentase Absorpsi Air :    

1.8675 %
Rata – Rata
Apparent Specific Gravity
2.82545
Bulk Specific Gravity (kering)
2.6593
Bulk Specific Gravity (SSD)
2.71815
Persentase Absorpsi Air
2.2158 %

Analisis Data
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan apparent specific gravity, bulk specific gravity kering, bulk specific gravity pada saat SSD, dan presentase absorpsi air agregat kasar berturut-turut adalah 2,82545%, 2,6593%,  2,71815%, 2,2158%. Data-data tersebutakan digunakan untuk menghitung koreksi berat agregat kasar dan air pada mix design. Berat agregat kasar harus dikoreksi karena diasumsikan semua agregat kasar dalam kondisi SSD namun pada kenyataannya tidak demikian.




0 komentar: