Praktikum Bahan Bangunan Laut 1
Pada hari Kamis tepatnya tanggal 28 September 2017 kami melakukan praktikum mata kuliah bahan bangunan laut. Ini adalah pertama kalinya kami melakukan praktikum pada semester ini. Kami melakukan praktikum di gedung Cibe Lt. Basement 2 – Basement 1. Pada praktikum kali ini kami akan melakukan percobaan 6 modul yang akan di kerjakan secara bergantian. Hasil dari semua percobaan ini akan kami gunakan pada pembuatan beton nantinya. Berikut merupakan uraian judul dari tiap modul yang kami praktikan:
- Berat volume agregat
- Analisis saringan agregat
- Kadar zat organik pada agregat
- Kadar lumpur pada Agregat
- Kadar air agregat
- Berat jenis dan penyerapan agregat
1
Pemeriksaan
Berat Volume Agregat
Tujuan Percobaan
Praktikum ini bertujuan
untuk menentukan berat volume agregat halus, kasar atau campuran.
Alat dan Bahan
Alat
a)
Timbangan dengan
ketelitian 0,1% berat contoh
b)
Talam kapasitas cukup
besar untuk mengeringkan contoh agregat
c)
Tongkat pemadat diameter
15 mm, panjang 60 cm yang ujungnya bulat, terbuat dari baja tahan karat
d)
Mistar perata
e)
Sekop
f)
Wadah baja yang cukup
kaku berbentuk silinder dengan alat pemegang berkapasitas berikut :
1. Tabel Spesifikasi Wadah Baja yang Digunakan dalam
Praktikum
Kapasitas
|
Diameter
|
Tinggi
|
Tebal
Wadah Minimum (mm)
|
Ukuran
Maksimum Agregat (mm)
|
|
Dasar
|
Sisi
|
||||
2,832
|
152,4
± 2,5
|
152,4
± 2,5
|
5,08
|
2,54
|
12,70
|
9,345
|
203,2
± 2,5
|
292,1
± 2,5
|
5,08
|
2,54
|
25,40
|
14,158
|
254,0
± 2,5
|
279,4
± 2,5
|
5,08
|
3,00
|
38,10
|
28,316
|
355,6
± 2,5
|
284,4
± 2,5
|
5,08
|
3,00
|
101,60
|
Benda Uji
Bahan yang digunakan
adalah agregat kasar dan agregat halus dalam kondisi kering
Prosedur Pemeriksaan
Masukkan agregat ke dalam
talam sekurang-kurangnya sebanyak kapasitas wadah sesuai dengan tabel 3.1.
Keringkan dengan oven pada suhu (110 ± 5)oC sampai berat menjadi
tetap untuk digunakan sebagai benda uji.
1.
Berat Isi Lepas
a)
Timbang dan catatlah
berat wadah (W1).
b) Masukkan benda uji dengan
hati-hati agar tidak terjadi pemisahan dengan menggunakan sendok atau sekop
sampai penuh.
c)
Ratakan permukaan benda
uji dengan menggunakan mistar perata.
d)
Timbang dan catatlah
berat wadah beserta benda uji (W2).
e)
Hitunglah berat benda uji
(W3 = W2 – W1).
2.
Berat isi agregat ukuran
butir maksimum 38,1 mm (1,5”) dengan cara penusukan
a)
Timbang dan catat berat
wadah (W1).
b)
Isilah wadah dengan benda
uji dalam tiga lapis yang sama tebal. Setiap lapisdipadatkan dengan tongkat
pemadat yang ditusukkan sebanyak 25 kali secara merata.
c)
Ratakan permukaan dengan
menggunakan mistar perata.
d)
Timbang dan catatlah
berat benda wadah beserta benda uji (W2)
e)
Hitunglah berat benda uji
(W3 = W2 - W1).
3.
Berat isi agregat ukuran
butir maksimum 38,1 mm (1,5”) dengan cara penggoyangan
a)
Timbang dan catat berat
wadah (W1).
b)
Isilah wadah dengan benda
uji dalam tiga lapis yang sama tebal.
c)
Padatkan setiap lapis
dengan cara menggoyang-goyangkan wadah dengan prosedur sebagai berikut:
·
Letakkan wadah di atas tempat yang kokoh dan
datar, angkatlah salah satu sisinya kira-kira setinggi 5 cm kemudian lepaskan
·
Ulangi hal ini pada sisi yang berlawanan.
Padatkan lapisan sebanyak 25 kali untuk setiap sisi
d)
Ratakan permukaan dengan
menggunakan mistar perata.
e)
Timbang dan catatlah
berat benda wadah beserta benda uji (W2)
f)
Hitunglah berat benda uji
(W3 = W2 - W1).
Hasil
Percobaan
Berat isi agregat = W3 /
V (kg/m3) ; V = isi wadah (m3)
2.
Tabel Hasil
Pemeriksaan Berat Volume Agregat Halus
Observasi I
|
||
Padat
|
Gembur
|
|
A. Volume wadah
|
1,89 liter
|
1,89 liter
|
B. Berat wadah
|
0,608 kg
|
0,608 kg
|
C. Berat wadah +
benda uji
|
3,818 kg
|
3,735 kg
|
D. Berat benda uji (C-B)
|
3,210 kg
|
3,127 kg
|
Berat volume :
|
1,6984 kg/l
|
1,6545 kg/l
|
Observasi II
|
||
Padat
|
Gembur
|
|
A. Volume
wadah
|
1,89 liter
|
1,89 liter
|
B. Berat wadah
|
0,553 kg
|
0,553 kg
|
C. Berat wadah + benda uji
|
3,932 kg
|
3,683 kg
|
D. Berat benda uji (C-B)
|
3,379 kg
|
3,130 kg
|
Berat volume :
|
1,7878 kg/l
|
1,6561 kg/l
|
Berat volume rata – rata :
|
1,7431 kg/l
|
1,6553 kg/l
|
3.
Tabel Hasil
Pemeriksaan Berat Volume Agregat Kasar
Observasi I
|
|||
Padat
|
Gembur
|
||
A. Volume
wadah
|
2,781 liter
|
2,781 liter
|
|
B. Berat wadah
|
2,674 kg
|
2,674 kg
|
|
C. Berat wadah +
benda uji
|
6,573 kg
|
6,187 kg
|
|
D. Berat benda
uji (C-B)
|
3,899 kg
|
3,513 kg
|
|
Berat volume :
|
1,402 kg/l
|
1,2632 kg/l
|
|
Observasi II
|
|||
Padat
|
Gembur
|
||
A. Volume
wadah
|
2,781 liter
|
2,781 liter
|
|
B. Berat wadah
|
2,533 kg
|
2,533 kg
|
|
C. Berat wadah +
benda uji
|
6,777 kg
|
6,257 kg
|
|
D. Berat benda
uji (C-B)
|
4,244 kg
|
3,724 kg
|
|
Berat volume :
|
1,526 kg/l
|
1,339 kg/l
|
|
Berat volume rata – rata :
|
1,464 kg/l
|
1,3011 kg/l
|
|
Analisis
Pada percobaan tersebut,
didapatkan berat volume agregat kasar pada kondisi gembur adalah 1,3011 Kg/L.
Sedangkan, berat volume agregat kasar pada kondisi padat adalah 1,464 Kg/L.
selain itu, didapatkan berat volume agregat halus pada kondisi gembur adalah
1,6553 Kg/L. Sedangkan, berat volume agregat halus pada kondisi padat adalah
1,743 Kg/L.a
Dari data percobaan
diatas didapatkan bahwa berat volume padat baik pada agregat kasar maupun
agregat halus lebih berat daripada berat volume gembur. Hal ini terjadi karena
perlakuan yang berbeda pada kedua percobaan tersebut yaitu dipadatkan dan tidak
dipadatkan. Pada saat agregat dipadatkan maka rongga udara di sela-sela terisi
sehingga rongga udara pada kondisi padat lebih sedikit daripada saat kondisi
gembur.
2
Analisis
Saringan Agregat
Agregat Kasar
Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi)
agregat kasar. Data perencanaan distribusi pada agregat diperlukan dalam
perencanaan adukan beton. Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada
agregat halus dan agregat kasar. Alat yang digunakan adalah seperangkat
saringan dengan ukuran jaring – jaring tertentu.
Alat dan Bahan
Alat
a)Saringan
no. 16 dan 200
b)Oven
yang dilengkapi pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ± 5)°C
c)Timbangan
dengan ketelitian 0,1% berat contoh
d)Talam
berkapasitas cukup besar untuk mengeringkan contoh agregat
e)Sekop
f)Wadah
pencuci benda uji dengan kapasitas yang cukup besar sehingga pada waktu
diguncang
– guncangkan benda uji/air tidak tumpah.
Bahan
Berat minimum contoh
agregat tergantung pada ukuran maksimum dengan batasan sebagai berikut
· 2.36
mm (No.8) = 100 gram
· 4.75
mm (No.4) = 500 gram
· 9.6
mm (3/8”) = 2000 gram
· 19.00
mm (3/4”) = 2500 gram
· 38.00
mm (1.5”) = 5000 gram
Berdasarkan batasan bahwa diameter maksimum agregat
halus adalah yang lolos saringan no.4,
maka berat minimum contoh agregat adalah 500 gram.
Prosedur Percobaan
· Contoh
agregat kasar dituangkan ke dalam susunan saringan (susunan saringan dimulai
dari
yang diameter paling besar ke diameter paling
kecil.
· Susunan
saringan paling atas ditutup, kemudian diguncangkan sehingga yang tersisa di
dasar
adalah agregat dengan ukuran yang
sesuai.
Tabel Analisis
Saringan Agregat Kasar
Ukuran
Saringan (mm)
|
Berat
Tertahan (gr)
|
Persentase
Tertahan
(%)
|
Persentase
Tertahan Kumulatif
(%)
|
Persentase
Lolos Kumulatif
(%)
|
SPEC
ASTM C33-90
|
|
25
|
0
|
0
|
0
|
100
|
100
|
|
19
|
98
|
3.2667
|
3.2667
|
96.7333
|
90-100
|
|
9.5
|
2338
|
77.9333
|
81.2
|
18.8
|
20-55
|
|
4.75
|
563
|
18.4323
|
99.6333
|
0.3667
|
0-10
|
|
2.38
|
7
|
0.23833
|
99.8633
|
0.1334
|
0-5
|
|
PAN
|
4
|
0.13340
|
100
|
0
|
Analisis Data
Analisis
saringan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah agregat kasaryang
ada layak atau tidak untuk digunakan. Berdasarkan percobaan yang
telah dilakukandidapatkan hasil persebaran benda uji agregat kasar
selalu berada diantara batas atas dan batas bawah sehingga dapat
disimpulkan bahwa agregat kasar yang ada layak untuk digunakan.
Agregat Halus
Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan pembagian butir (gradasi)
agregat halus. Data perencanaan distribusi pada agregat diperlukan dalam
perencanaan adukan beton. Pelaksanaan penentuan gradasi ini dilakukan pada
agregat halus dan agregat kasar. Alat yang digunakan adalah seperangkat
saringan dengan ukuran jaring – jaring tertentu.
Alat dan Bahan
Alat
a)
Timbangan dan neraca
ketelitian 0,2% dari berat benda uji.
b)
Seperangkat saringan
dengan ukuran:
Tabel Spesifikasi
Saringan Agregat Halus
Nomor
Saringan
|
Ukuran
Lubang
|
Keterangan
|
|
Mm
|
Inci
|
||
-
|
9,5
|
3/8
|
Perangkat saringan
untuk agregat halus
Berat minimum contoh:
500 gr
|
No. 4
|
4,75
|
-
|
|
No. 6
|
2,36
|
-
|
|
No.
16
|
1,18
|
-
|
|
No.
30
|
0,60
|
-
|
|
No.
50
|
0,003
|
-
|
|
No.
100
|
0,150
|
-
|
|
No.
200
|
0,075
|
-
|
c)
Oven yang dilengkapi
pengatur suhu untuk pemanasan sampai (110 ± 5)°C
d)
Alat pemisah contoh (sample
spliter)
e)
Mesin penggetar saringan
f)
Talam-talam
g)
Kuas, sikat kawat,
sendok, dan alat-alat lainnya
Bahan
Benda uji diperoleh dari
alat pemisah contoh atau dengan cara penempatan. Berat dari contoh disesuaikan
dengan ukuran maksimum diameter agregat kasar yang digunakan pada tabel perangkat
saringan.
Prosedur Pemeriksaan
·
Benda uji dikeringkan di
dalam oven dengan suhu (110 ± 5)° C sampai beratnya konstan
·
Benda uji dicurahkan pada
perangkat saringan, susunan saringan dimulai dari saringan paling
besar di atas. Perangkat
saringan diguncang dengan tangan atau mesin pengguncang selama
15 menit.
Tabel Analisis
Saringan Agregat Halus
Ukuran
Saringan (mm)
|
Berat
Tertahan (gram)
|
Persentase
Tertahan
(%)
|
Persentase
Tertahan Kumulatif
(%)
|
Persentase
Lolos Kumulatif
(%)
|
SPEC
ASTM C33-90
|
|
9.5
|
3
|
0.60
|
0.6
|
99.4
|
100
|
|
4.75
|
20
|
4.00
|
4.6
|
95.4
|
95-100
|
|
2.36
|
100
|
20.00
|
24.6
|
75.4
|
80-100
|
|
1.18
|
104
|
20.50
|
45.6
|
54.6
|
50-85
|
|
0.6
|
76
|
15.20
|
60.6
|
39.4
|
25-60
|
|
0.3
|
42
|
8.40
|
69.0
|
31
|
10-30
|
|
0.15
|
67
|
13.40
|
82.4
|
17.6
|
2-10
|
|
0.075
|
71
|
14.20
|
96.6
|
3.4
|
||
PAN
|
17
|
3.40
|
100.0
|
0
|
||
Modulus
Kehalusan: 3.838
|
Modulus kehalusan = 3.838
Analisis Data
Analisis
saringan dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah agregat halus yang ada
layak atau tidak untuk digunakan. Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukandidapatkan hasil bahwa pada persebaran 1 sebagian besar
agregat halus berada diantara batas atas dan batas bawah sehingga secara
keseluruhan agregat halus layak untuk digunakan. Namun, Pada
persebaran 2 ada lebih banyak agregat yang tidak berada diantara batas atas dan
batas bawah sehingga kurang layak untuk digunakan.
Kondisi
tidak ideal ini dapat terjadi karena ada banyak kemungkinan error yang terjadi
terutama saat teknis menyaring (mengguncang) yang kurang intens dan merata,
kemudian karena ada agregat yang seharusnya lolos, tetapi menjadi tidak lolos
karena tertutup dengan agregat halus yang lainnya. Untuk mendapatkan kondisi
ideal, yang harus dilakukan adalah pada pengguncangan atau penyaringan, yaitu
kegiatan penyaringan harus dilakukan dengan merata dan dengan tepat.
3
Pemeriksaan
Zat Organik dalam Agregat Halus
Tujuan Percobaan
Pemeriksaan
zat organik pada agregat halus dimaksudkan untuk menentukan adanya bahan
organik dalam agregat halus yang akan digunakan pada campuran beton. Kandungan
bahan organik yang melebihi batas dapat mempengaruhi mutu beton yang
direncanakan.
Alat dan Bahan
Alat
a)
Botol gelas tidak
berwarna dengan volume sekitar 350 mL yang mempunyai tutup Dari karet gabus
atau lainnya yang tidak larut dalam NaOH
b)
Standard warna (Organik
plate)
c)
Larutan NaOH 3%
Bahan
Contoh pasir dengan
volume 115 mL (1/3 volume botol)
Prosedur Percobaan
·
115 mL pasir dimasukkan
ke dalam botol tembus pandang (kurang lebih 1/3 isi botol)
·
Larutan NaOH 3%
ditambahkan. Setelah dikocok, isinya harus mencapai kira-kira ¾ volume
Botol
·
Botol tersebut ditutup
dan dikocok hingga lumpur yang menempel pada agregat Nampak
terpisah
dan dibiarkan selama 24 jam agar lumpu tersebut mengendap
·
Setelah 24 jam, warna
cairan yang terlihat dibandingkan dengan standar warna no.3 pada
organic plate (apakah lebih tua atau lebih muda)
Laporan Hasil Pengamatan
Warna
air di atas pasir yang terdapat di dalam botol berubah menjadi Berwarna
Putih keruh. jika dibandingkan dengan organic plate maka
sesuai dengan warna No. 2 padaorganic plate.
Analisis Data
Berdasarkan
hasil pengamatan, diperoleh hasil percobaan berupa warna larutan yangputih
keruh (No. 2). Warna larutan yang tidak menunjukkan warna hitam
mengindikasikan bahwa pasir memiliki kandungan bahan organik dalam batas
wajar. Secara Kuantitatif batas wajar yang diperbolehkan adalah warna No.
3 pada organic plate.Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
agregat mengandug zat organik dalam batas wajar sehingga agregat layak
digunakan untuk mix design.
4
Pemeriksaan
Kadar Lumpur dalam Agregat Halus
Tujuan Percobaan
Pemeriksaan
ini bertujuan untuk menentukan besarnya persentase kadar lumpur dalam agregat
halus yang digunakan sebagai campuran beton. Kandungan lumpur < 5% merupakan
ketentuan bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan beton dengan kualitas
yang baik.
Alat dan Bahan
Alat
a)
Gelas ukur
b)
Alat pengaduk
Bahan
Contoh pasir secukupnya dalam kondisi lapangan dengan
bahan pelarut biasa.
Prosedur Pemeriksaan
·
Contoh benda uji
dimasukkan kedalam gelas ukurTambahkan air pada gelas ukur guna
melarutkan
Lumpur
·
Gelas ukur dikocok untuk
mencuci agregat halus dari lumpur
·
Simpan gelas pada tempat
yang datar dan dibiarkan lumpur mengendap setelah 24 jam
·
Ukur tinggi lumpur (V2)
dan tinggi pasir (V1)
Perhitungan
Tinggi total
: 188 mm
Tinggi lumpur : 6
mm
Analisis Data
Berdasarkan
hasil percobaan kadar lumpur dalam agregat halus adalah 3.19%. Artinya agregat
ini baik bagi mix design beton. Karena syarat untuk dapat
menghasilkan beton yang baik adalah kadar lumpur <5%.
5
Pemeriksaan Kadar Air Agregat
Tujuan Percobaan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menentukan besarnya kadar air yang terkandung dalam agregat dengan cara
pengeringan. Kadar air agregat adalah perbandingan antara berat agregat dalam
kondisi kering terhadap berat semula yang dinyatakan dalam persen. Nilai kadar
air ini digunakan untuk koreksi tahan air untuk adukan beton yang disesuaikan
dengan kondisi agregat di lapangan.
Alat dan
Bahan
Alat
a)
Timbangan
dengan ketelitian 0,1 % dari berat contoh.
b)
Oven
yang bersuhu sampai (110+-5)oC
c)
Talam
logam tahan karat berkapasitas cukup besar bagi tempat pengeringan benda uji.
Bahan
Berat minimum contoh agregat dengan
diameter maksimum 5 mm adalah 0,5 kg
Prosedur Percobaan
·
Talam
ditimbang dan dicatat beratnya (W1)
·
Benda
uji dimasukkan ke dalam talam, kemudian berat talam ditambah benda uji
ditimbang.
Berat
dicatat sebagai W2.
·
Berat
benda uji dihitung dengan persamaan W3=W2-W1
·
Contoh
benda uji dikeringkan bersama talam dalam oven pada suhu (110 ± 5)oC
hingga beratnya tetap
·
Setelah
kering contoh ditimbang dan dicatat berat benda uji beserta talam (W4)
·
Berat
benda uji kering dihitung dengan persamaan W5=W4- W1
Tabel Pemeriksaan Kadar Air Agregat Halus
Observasi I
| |
A. Berat wadah
|
266 gram
|
B. Berat wadah + benda uji
|
1857 gram
|
C. Berat benda uji (B-A)
|
1591 gram
|
D. Berat benda uji kering
|
1574 gram
|
Kadar air :
|
1,08 % [KA1]
|
Observasi II
| |
A. Berat wadah
|
110 gram
|
B. Berat wadah + benda uji
|
1501 gram
|
C. Berat benda uji (B-A)
|
1391 gram
|
D. Berat benda uji kering
|
1358 gram
|
Kadar air :
|
2,43 % [KA2]
|
Kadar air rata – rata
|
1,755 %
|
Tabel Pemeriksaan Kadar Air Agregat Kasar
Observasi I
|
|
A. Berat wadah
|
266 gram
|
B. Berat wadah +
benda uji
|
1828
gram
|
C. Berat benda uji
(B-A)
|
1562
gram
|
D. Berat benda uji
kering
|
1498
gram
|
Kadar air
:
|
4,2724
% [KA1]
|
Observasi II
|
|
A. Berat wadah
|
192
gram
|
B. Berat wadah +
benda uji
|
1929
gram
|
C. Berat benda uji
(B-A)
|
1737
gram
|
D. Berat benda uji
kering
|
1605
gram
|
Kadar air
:
|
8,224
% [KA2]
|
Kadar air rata – rata
|
6,2482
%
|
Analisis Data
Dari
percobaan ini, didapatkan bahwa kadar air pada agregat kasar sebesar 6,2482 %.
Selain itu, didapatkan pula kadar air pada agregat halus sebesar 1,755 %.
Dari data tersebut didapatkan bahwa kadar air agregat kasar lebih besar dari
pada kadar air agregat haus. Hal ini disebabkan oleh pori-pori agregat kasar
cenderung lebih besar daripada pori-pori pada agregat halus.
Selain
itu, hal ini juga bisa disebabkan oleh kadar air awal agregat. Pada saat
diambil, agregat terletak pada tempat yang terpapar sinar matahari secara
langsung. Hal ini, memungkinkan terjadinya pengeringan. Karena perbedaan luas
permukaan agregat kasar dan halus sehingga terjadi perbedaan laju penguapan
dimana penguapan agregat halus lebih besar. Karena hal tersebut, kadar air awal
agregat halus sudah lebih kecil daripada kadar agregat kasar.
6
Analisis
Specific Gravity dan Penyerapan
Agregat Halus
Tujuan
Percobaan
Praktikum ini bertujuan
untuk menentukan bulk and apparent Specific Gravity dan
penyerapan (absorpsi) agregat halus menurut prosedur ASTM C128. Nilai ini
diperlukan untuk menetapkan besarnya komposisi volume agregat dalam campuran
beton.
Alat
dan Bahan
Alat
a)
Timbangan dengan
ketelitian 0,5 gram dengan kapasitas minimum sebesar 1000 gram
b)
Piknometer dengan
kapasitas 500 gram
c)
Cetakan kerucut pasir
d)
Tongkat pemadat dari logam untuk cetakan kerucut pasir
Bahan
Berat contoh agregat
halus disiapkan sebanyak 500 gram. Contoh diperoleh dari bahan yang
diproses melalui alat pemisah atau cara perempatan.
Prosedur
Percobaan
·
Agregat halus yang jenuh
air dikeringkan sampai diperoleh kondisi kering dengan indikasi contoh tercurah
dengan baik.
·
Sebagian dari contoh
dimasukkan ke dalam cetakan kerucut pasir (metal sand cone mold). Benda uji
lalu dipadatkan dengan tongkat pemadat (tamper) dengan jumlah tumbukan sebanyak
25 kali setiap satu dari tiga bagian yang terisi. Kondisi SSD diperoleh ketika
butir-butir pasir longsor/runtuh ketika cetakan tersebut diangkat.
·
Contoh agregat halus
sebesar 500 gram dimasukkan ke dalam piknometer. Kemudian piknometer diisi
dengan air sampai 90% penuh. Bebaskan gelembung-gelembung udara dengan cara
menggoyang- goyangkan piknometer. Rendamlah piknometer dengan suhu air 73,43o F
selama 24 jam. Timbang berat piknometer yang berisi contoh dengan air.
·
Pisahkan benda uji dari
piknometer dan keringkan pada suhu 213,13o F. Langkah ini harus diselesaikan
dalam waktu 24 jam.
·
Timbanglah berat
piknometer yang berisi air sesuai dengan kapasitas kalibrasi pada temperatur 73,43o F
dengan ketelitian 0,1 gram.
Perhitungan
Apparent Specific-Gravity
= E / (E + D - C)
Bulk Specific-Gravity Kondisi
Kering
= E / (B + D - C)
Bulk Specific-Gravity Kondisi
SSD
= B / (B + D - C)
Persentase
Absorpsi
= ( B – E ) / E x 100%
Keterangan:
A = Berat piknometer
B = Berat contoh kondisi
SSD
C = Berat piknometer +
contoh + air
D =
Berat piknometer + air
E =
Berat contoh kering
Tabel Penentuan Specific
Gravity Agregat Halus
Observasi
I
|
|
A. Berat
Piknometer
|
154 gram
|
B. Berat
contoh kondisi SSD
|
500 gram
|
C. Berat
piknometer + air + contoh SSD
|
958 gram
|
D. Berat
piknometer + air
|
652 gram
|
E. Berat
contoh kering
|
495 gram
|
Apparent Spesific
Gravity :
|
2.6191
|
Bulk Spesific Gravity
(Kering) :
|
2.5515
|
Bulk Spesific Gravity
(SSD) :
|
2.57732
|
Persentase Absorpsi Air
:
|
1.0101 %
|
Observasi
II
|
|
A. Berat
Piknometer
|
154 gram
|
B. Berat
contoh kondisi SSD
|
500 gram
|
C. Berat
piknometer + air + contoh SSD
|
958 gram
|
D. Berat
piknometer + air
|
652 gram
|
E. Berat
contoh kering
|
495 gram
|
Apparent Spesific
Gravity :
|
2.6191
|
Bulk Spesific Gravity
(Kering) :
|
2.5515
|
Bulk Spesific Gravity
(SSD) :
|
2.57732
|
Persentase Absorpsi Air
:
|
1.0101 %
|
Rata
– Rata
|
|
Apparent Specific
Gravity
|
2.6191
|
Bulk Specific Gravity
(kering)
|
2.5515
|
Bulk Specific Gravity
(SSD)
|
2.57732
|
Persentase Absorpsi Air
|
1.101
|
Analisis Data
Dari
hasil percobaan yang telah dilakukan didapatkan apparent specific gravity, bulk
specific gravity kering, bulk specific gravity pada saat SSD, dan presentase
absorpsi air agregat halus berturut-turut adalah 2,6191%, 2,5515%,
2,57732%, 1,101%. Data-data tersebutakan digunakan untuk menghitung
koreksi berat agregat halus dan air pada mix design. Berat agregat halus harus
dikoreksi karena diasumsikan semua agregat halus dalam kondisi SSD namun pada
kenyataannya tidak demikian.
Agregat Kasar
Tabel Penentuan Specific
Gravity Agregat Kasar
Observasi
I
|
|
A. Berat
SSD
|
3000 gram
|
B. Berat
contoh dalam air
|
1888,5
gram
|
C. Berat
contoh kering di udara
|
2925
gram
|
Apparent Spesific
Gravity :
|
2.8219
|
Bulk Spesific Gravity
(Kering) :
|
2.6316
|
Bulk Spesific Gravity
(SSD) :
|
2.6991
|
Persentase Absorpsi Air
:
|
2.5641
%
|
Observasi
II
|
|
A. Berat
SSD
|
3000
gram
|
B. Berat
contoh dalam air
|
1904
gram
|
C. Berat
contoh kering di udara
|
2945
gram
|
Apparent Spesific
Gravity :
|
2.829
|
Bulk Spesific Gravity
(Kering) :
|
2.687
|
Bulk Spesific Gravity
(SSD) :
|
2.7372
|
Persentase Absorpsi Air
:
|
1.8675
%
|
Rata
– Rata
|
|
Apparent Specific
Gravity
|
2.82545
|
Bulk Specific Gravity
(kering)
|
2.6593
|
Bulk Specific Gravity
(SSD)
|
2.71815
|
Persentase Absorpsi Air
|
2.2158
%
|
Analisis
Data
Dari hasil percobaan yang
telah dilakukan didapatkan apparent specific gravity, bulk specific gravity
kering, bulk specific gravity pada saat SSD, dan presentase absorpsi air
agregat kasar berturut-turut adalah 2,82545%, 2,6593%, 2,71815%, 2,2158%.
Data-data tersebutakan digunakan untuk menghitung koreksi berat agregat kasar
dan air pada mix design. Berat agregat kasar harus dikoreksi karena diasumsikan
semua agregat kasar dalam kondisi SSD namun pada kenyataannya tidak demikian.
0 komentar: